Kamulah alasannya.
Kembalilah.
Obati lukaku.
Hapus air mataku.
Aku butuh dirimu, hatiku membutuhkanmu.
Aku merindukanmu.
Tentu saja kamu tahu bagaimana aku menangis bermalam-malam. Pasti kamu paham bagaimana waktu begitu kejam saat kita tidak lagi saling menggenggam. Begitu pula kamu mengerti bagaimana monster liar dalam diriku mengambil alih kala kamu meninggalkan.
Di bawah cahaya terang aku redup. Di tengah keramaian aku sunyi. Aku terbakar kesakitan dalam dinginnya pengacuhan. Aku menjeritkan bayangmu kala mata terpejam.
Kuingat bagaimana rasa itu tumbuh bebas. Dipersimpangan sepi dan kurangnya kasih. Kamu datang menjelma mengisi relung hati. Memulai segalanya dengan sangat rapih.
Kini kembali kutelusuri tempat kita memadu kasih. Tidak dapat kupercaya hampa menghampiri tempat ini. Meski masih kudengar diriku memanggil namamu dalam lirih.
Bagaimana bisa kamu membuatku merasa begitu kehilangan? Lalu dengan mudahnya kamu memintaku melupakan.
Bagaimana bisa dengan mudahnya aku melepas perasaan yang begitu membekas? Meski kamu yang memulai membangun kemudian menghempas.
Kekhawatiranku masih bermuara padamu. Seluruh bagian hatiku terlalu menyayangimu. Sungguh kuberharap memiliki waktu hanya untuk bersamamu.
Kembalilah.
Obati lukaku.
Hapus air mataku.
Aku butuh dirimu, hatiku membutuhkanmu.
Aku merindukanmu.
Tentu saja kamu tahu bagaimana aku menangis bermalam-malam. Pasti kamu paham bagaimana waktu begitu kejam saat kita tidak lagi saling menggenggam. Begitu pula kamu mengerti bagaimana monster liar dalam diriku mengambil alih kala kamu meninggalkan.
Di bawah cahaya terang aku redup. Di tengah keramaian aku sunyi. Aku terbakar kesakitan dalam dinginnya pengacuhan. Aku menjeritkan bayangmu kala mata terpejam.
Kuingat bagaimana rasa itu tumbuh bebas. Dipersimpangan sepi dan kurangnya kasih. Kamu datang menjelma mengisi relung hati. Memulai segalanya dengan sangat rapih.
Kini kembali kutelusuri tempat kita memadu kasih. Tidak dapat kupercaya hampa menghampiri tempat ini. Meski masih kudengar diriku memanggil namamu dalam lirih.
Bagaimana bisa kamu membuatku merasa begitu kehilangan? Lalu dengan mudahnya kamu memintaku melupakan.
Bagaimana bisa dengan mudahnya aku melepas perasaan yang begitu membekas? Meski kamu yang memulai membangun kemudian menghempas.
Kekhawatiranku masih bermuara padamu. Seluruh bagian hatiku terlalu menyayangimu. Sungguh kuberharap memiliki waktu hanya untuk bersamamu.
No comments:
Post a Comment