Tergerus pekatnya malam seolah menjadi rutinitas semenjak tiada lagi cahaya dari renyah tawa.
Tercabik tangisan kelam merupakan ritual wajib kala lampu kamar padam dan tiada lagi kata pengantar terlelap.
Menghardik atap pucat jua tidak memberi kepuasan setiap kenangan tentang kita menyeruak meminta diingat.
Sungguh ku ingin marah atas lemah juga lelah ketika ku menyerah menghilang dalam bayang.
Tahukah kamu disini ku merindukanmu dengan segenap putus asa ku?
Tidak ada hujan malam ini.
Hari ini matahari bekerja seperti biasanya. Bersahabat dengan angin tetapi tidak dengan hati. Tidak ada awan kelabu. Satu hal yang ku tahu pasti, rinduku masih saja berlabuh padamu.
Senja masih menampakkan jingganya. Masih jua menjadi primadona bagi penikmatnya. Tidak ada guyuran air dari langit melunturkan pesonanya. Tidak untuk hari ini.
Tidak ada hujan malam ini.
Namun, ku masih disini. Mengharapkan kamu kembali. Mengisi kerinduan hati. Menghabiskan waktu tanpa tepi.
Tercabik tangisan kelam merupakan ritual wajib kala lampu kamar padam dan tiada lagi kata pengantar terlelap.
Menghardik atap pucat jua tidak memberi kepuasan setiap kenangan tentang kita menyeruak meminta diingat.
Sungguh ku ingin marah atas lemah juga lelah ketika ku menyerah menghilang dalam bayang.
Tahukah kamu disini ku merindukanmu dengan segenap putus asa ku?
Tidak ada hujan malam ini.
Hari ini matahari bekerja seperti biasanya. Bersahabat dengan angin tetapi tidak dengan hati. Tidak ada awan kelabu. Satu hal yang ku tahu pasti, rinduku masih saja berlabuh padamu.
Senja masih menampakkan jingganya. Masih jua menjadi primadona bagi penikmatnya. Tidak ada guyuran air dari langit melunturkan pesonanya. Tidak untuk hari ini.
Tidak ada hujan malam ini.
Namun, ku masih disini. Mengharapkan kamu kembali. Mengisi kerinduan hati. Menghabiskan waktu tanpa tepi.
No comments:
Post a Comment