Saturday, March 23, 2019

Perspektif


"Kamu itu egois. Orang-orang cuma harus mengerti kondisi kamu sementara kamu tidak mau mengerti perasaan orang lain", ucap seorang yang terluka perasaannya karena diacuhkan perasaannya.

"Kamu yang egois. Tidak kurang usahaku cuma buat kamu. Kamu tau keadaanku, aku cuma minta waktu. Kalau kamu diposisiku, kamu pasti paham maksudku", jawab seorang yang merasa diremehkan keadaannya.

Lantas, siapakah yang sebenar-benarnya dalam posisi benar?
Bisa tidak ada, bisa keduanya. Relatif. Semua tergantung perspektif.

Seperti sebuah kutipan, "Tidak ada benar salah dalam cinta, semua satu, lebur".
Lebur bukan berarti hancur, ia menyatu. Satu kesatuan utuh, mungkin juga abu.

Pertanyaannya, benarkah itu cinta?

Cinta merupakan tingkatan paling atas. Apakah kamu yakin rasamu itu cinta?
Sebelum cinta, ada sayang. Coba kamu pahami, itu cinta atau sekadar sayang?
Jangan terburu bilang sayang kalau nyatanya hanya empatik. Sayang dan empatik itu berbeda, jadi dimanakah perasaanmu yang sebenarnya?
Jauh diawal rasa empatik, itu hanya suka. Mungkinkah semua rasa itu hanya sebatas suka?

Bingung? Tanyakan hatimu, sebatas apa kamu memiliki rasa pada dirinya. Suka? Empatik? Sayang? Atau benar cinta?

Ketika kamu menyukai sate kambing, itu disebut suka, bukan empatik, sayang, apalagi cinta. Kenapa? Karena kamu tidak mungkin memakan sate kambing sehari tiga kali, setiap hari. Suka itu tidak satu, akan ada suka suka yang lainnya.

Empatik lebih pada rasa mengasihani. Muncul rasa empatik ketika kita merasa keadaan orang lain lebih berat daripada yang kita jalani. Misalnya ketika tsunami Selat Sunda, kita melihat ada seorang anak yang sedang keluar kota untuk berlatih sepak bola tetapi ketika ia pulang, tiada sanak keluarga yang tersisa. Ia menangis dipelukan sang polisi. Kita yang melihatnya ikut terenyuh. Kita memang memikirkan anak tersebut, kita juga memberikan sesuatu untuk membantunya tapi itu belum sayang apalagi cinta. Itu empatik karena kalau kita tinggal sebulan-dua bulan dengan anak itu, belum tentu bisa. Hanya empatik, merasa kasihan.
Jadi, coba tanya dirimu, itu sayang atau empatik belaka?

Sayang juga banyak ragamnya. Ada sayang pasangan, selingkuhan, sahabat, teman, pasangannya teman, guru dan lain-lain. Sayang muncul ketika kamu memberi tanpa harap kembali. Sayang lebih pada memberi. Ketika kamu merasa sangat sayang pada pasanganmu, kamu akan selalu memberi.

Mungkin sayang mendekati cinta tetapi ada perbedaannya. Cinta itu ada pengorbanan. Ketika sudah cinta, tidak akan ada perhitungan, tidak ada logika dan kamu tidak merasa berkorban. Orang lain mungkin melihat kamu bodoh karena bisa sebegitunya pada pasanganmu tapi kamu tidak merasa berkorban. Seperti kutipan, "Hal yang paling susah di dunia adalah menasihati orang yang sedang jatuh cinta". Hal itu benar adanya karena dia yang sedang jatuh cinta, tidak berlogika.

Perbedaan lain dari sayang dan cinta adalah sayang itu tidak kekal. Misalnya kita mempunyai handphone baru, mungkin saja kita akan menyayangi sepenuh hati ketika baru beli tapi begitu sudah lama, perawatan kita akan berubah, kita akan lebih acuh. Menggebu di awal tetapi secara perlahan sayang itu memudar.

Sedangkan cinta itu konsisten dan ada pengorbanan tanpa perhitungan. Cinta tidak akan mampu menyakiti. Dalam rumus cinta, kita akan merasa tersakiti saat kita menyakitinya.

Dari penjelasan tersebut, sudah sangat jelas membedakan rasa suka dan empatik. Bagaimana dengan sayang dan cinta? Uji dengan waktu.

Sayang itu kondisional.
Cinta itu tanpa alasan.

Kembali pada bahasan awal, ketika merasa paling benar, coba tanyakan dirimu, apakah kamu menyayangi atau hanya sebatas empatik?
Kamu sebut itu cinta ketika merasa telah berkorban? Namun, kamu sebut apa ketika perasaanmu haus akan balasan tanpa menghiraukan keadaan?
Kamu sebut itu sayang karena telah memberi perhatian? Lantas apa sebutannya ketika kamu tidak peduli akan sakit yang  ia alami?
Perspektif berasal dari dua belah pihak dan akan selalu merasa paling. Namun, bagiku rasa itu tentang saling.

Sudahlah, tidak penting membahas teori tentang isi hati. Satu hal yang pasti, aku tidak ingin kamu pergi.
Malam ini, sungguh ku ingin kamu disini menemani.

No comments: