Sunday, June 28, 2015

L part 1

Setiap orang pasti mempunyai teman. Bahkan untuk individualis sekalipun, dy tetap membutuhkan teman demi kelangsungan hidupnya. Meski hanya teman tegur sapa.
Bahkan status teman tak pantas kita sematkan untuk orang yg benar-benar selalu ada dan mengerti kita. Ya, sahabat adalah kata yang tepat.
Tidak pandang dy lelaki ataupun perempuan, selama kita nyaman, mereka akan kita sebut sahabat.
Persahabatan saat ini lebih "manis" dikemas dalam balutan teknologi yg canggih. Sehingga mau sejauh apapun jarak kita dengan sahabat, kita tetap dapat berkomunikasi dan selalu ada.
Misalnya gw, gw perempuan tinggal di Bandar Lampung. Gw punya cukup banyak sahabat. Baik laki maupun perempuan. Awalnya kami sekota hingga cita memisahkan. Kini beberapa sahabatku ada yg di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, masi wilayah Lampung namun bukan Bandar Lampung, namun ada juga yg masih di Bandar Lampung. Berkat teknologi yg semakin canggih, kami tidak pernah kehilangan komunikasi. Sosial media pun berisi pertemanan dengan mereka. Sungguh manis.
Namun dengan kecanggihannya banyak juga mudharat untuk hal yang tidak wajar. Dan hal yg menurut gw tidak wajar adalah penyimpangan seksual.
Gw sebagai perempuan tentu saja menyukai lelaki, ingin menikah, mempunyai anak dan hidup bahagia sampai akhir.
Namun gw masih belum mengerti alasan para perempuan penyuka sesama jenis. Sebenarnya jika hanya suka dan sayang adalah hal wajar, gw jg begitu tapi hanya sebatas sahabat. Tidak cinta. Tidak ada rasa ingin memiliki.
Dan mereka? Apa yg mereka harapkan dari hubungan tidak wajarnya? Mengapa mereka dapat mengartikan lebih dari kenyamanan? Berdasarkan pengalaman teman (penyuka sesama), cerita teman di sosial media, cerita di tv, alasan mereka menjadi penyuka sesama adalah kenyamanan. Rasa nyaman yg mereka tidak dapat dari lawan jenis. Pengertian yg hanya bisa dilakukan oleh sesamanya.
Untuk sesama perempuan kita sering menamakan lesbian.
Perempuan tentu memiliki perasaan yg jauh lebih sensitif. Butuh manusia yg benar-benar mengerti mereka secara pribadi untuk tempat berkeluh kesah dijenjang umur yg setara. Terciptalah persahabatan sesama perempuan karna rasa pengertian dan pemahaman yg sejalan.
Komunikasi yg intens, keadaan yg selalu ada saat suka duka, rasa sayang yg tercipta karna itu adalah pemicunya.
Bukankah itu hal wajar bagi persahabatan? Semua merasakan itu. Namun tidak diberi bumbu yg lebih. Hanya persahabatan.
Tapi tidak bagi para L. Mereka menaruh rasa yg seharusnya untuk lawan jenis kedalam persahabatan sesama.
Mereka layaknya orang jatuh cinta. Mereka komunikasi intens, pengertian, cemburu sebagaimana orang pacaran. Cemburu mereka adalah rasa memiliki.
Mereka berpendapat hanya sesama yg benar-benar mengerti mereka, tidak lawan jenis. Lawan jenis tidak menarik bagi mereka. Bahkan ada yg sampai tidak ingin berhubungan lebih dalam dengan lawan jenis karna trauma pernah disakiti.
Dengan perkembangan teknologi, para L lebih mudah berinteraksi dengan sesama. Mereka membentuk komunitas. Ada yg dengan label fans suatu band, ada yg dengan label 1 tempat kerja. Hingga akhirnya komunitas melebar hingga tak terbatas. Siapapun yg merasa L, mereka berhak masuk komunitas tersebut.
Mereka bertukar no telpon, bertemu, dan menjalin hubungan layaknya pasangan normal.
Awalnya mereka tertutup, hanya sesama komunitas. Namun sekarang mereka telah berani terang-terangan. Menunjukan pada dunia bahwasanya mereka mempunyai hak yg sama. Hal tersebut juga didukung dengan pengakuan salah satu petinggi negara di Eropa bahwasanya beliau adalah seorang L.
Pengakuan itu merubah pola pikir mereka. Sampai ada yg berpendapat "tidak masalah penyimpangan itu selama ia tidak mengganggu, toh salah 1 dari kami membuktikan kepada kalian bahwa kami adalah sama. Beliau membuktikan bahwa beliau mampu memimpin negara sekalipun beliau seorang L. Kami juga berhak mendapat tempat yang sama"
Dan komunitas itu semakin meluas seiring dengan film yg berani mengangkat kehidupan mereka kepermukaan. Mereka semakin merasa layak untuk tetap berada dijalannya.
Tapi tidak bagi kami. Tidak ada pembenaran! Tidak ada alasan untuk penyimpangan itu! Itu hal salah!
Perempuan ditakdirkan untuk laki-laki. Dan sebaliknya. Semanis apapun persahabatan antara sesama, tak ada pembenaran untuk rasa cinta!

No comments: