Wednesday, April 8, 2020

Bukan Mauku

Tulisan ini tercipta dari pertanyaan yang timbul akibat kata-kata dan perlakuan para artis perihal memohon bantuan.

Mari ditelaah lebih jauh.

Saya menulis ini sebagai bentuk ungkapan hati dari seseorang yang kemana-mana meminta bantuan. Baik pada yang dikenal, teman lama, guru/dosen, maupun yang tidak dikenal.

Harapannya sederhana; jika tidak mendapatkan bantuan dana, setidaknya saya mendapatkan bantuan share juga doa.

Beberapa kali saya meminta bantuan kepada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk share agar proses bantuan dana saya lebih meluas. Bukan hanya teman-teman dengan followers banyak tetapi juga artis.

Saya juga sudah menuliskan lengkap tentang bagaimana keadaan saya, apa yang menjadi kendala saya, serta bukti-bukti pemakaian dana. Tujuannya agar siapapun yang ingin tahu kemana dana tersebut terpakai, dapat lebih mudah dengan membaca rinciannya.

Saya akui sangat sulit mendapat bantuan tersebut. Belum lagi pandangan sebelah mata, nyinyiran, penghakiman bahkan kesoktauan seringkali menyakiti hati.

Saya akui meminta-minta itu salah tetapi saya juga tidak tau harus bagaimana lagi. Terlebih usaha yang baru saya rintis sedang bangkrut dan belum bangkit lagi. Perekonomian keluarga juga berantakan. Semuanya juga sudah saya jelaskan di rincian tulisan saya.

Saya akui untuk beberapa orang yang meminta-minta bantuan kepada orang lain apalagi dengan alasan tidak masuk akal; bayarin kosan, spp, kontrakan, dan lain-lain adalah menjengkelkan.

Tetapi tolong bagi kalian yang mampu, jangan menggeneralisir dengan kalimat orang-orang seperti itu menyeramkan.

Alhamdulillah kalian berada diposisi yang tidak sama dengan kami. Kami tidak seseram itu. Tolong jangan disamaratakan.

Ini khususnya saya. Bukan juga mau saya untuk meminta-minta. Tapi kondisi saya benar-benar sudah bingung harus bagaimana.

Ada yang bilang saya mengemis online tetapi kuota lancar. Kuota saya ga selancar itu. Saya pakai wifi dari kampus tetangga. Kalaupun saya punya kuota ya karena handphone itu hiburan. Udah sakit, mati gaya ga ada hiburan. Gimana lagi saya bertahan dari kewarasan?

Kalau ada yang berbicara jualan online, saya sudah berulang-ulang kali mencobanya. Gagal, bangkit lagi. Tapi di masa pandemik ini, kondisi online juga lagi carut-marut susahnya.

Tolong juga jangan bilang ngelunjak ya mba-mba yang budiman. Saya datang meminta bantuan secara baik-baik. Kalau belum bisa membantu, mba bisa bilang belum bisa. Gak perlu diucapin sedemikian kasar.

Ada yang bilang gatau malu. Iya, saya akui saya udah gatau malu lagi makanya sampai meminjam dan meminta kemana-mana. Hal tersebut juga saya lakukan untuk bertahan hidup. Kalau saya berpikir untuk meninggikan malu saya, saya ga akan bertahan hidup. Jadi tolong dipikir lagi sebelum berucap ya mas/mba.

Saya gatau perihal meminta-minta yang lainnya. Cuma saya sebagai salah satu orang yang meminta bantuan, tolong jangan terlalu kasar.
Kalau memang belum bisa membantu, kalian bisa kok berucap baik-baik, insyaAllah dimengerti.

Jangan pula semua yang meminta-minta itu disamaratakan. Setiap orang punya masalah yang berbeda, kita tidak pernah tau doa dan air mata orang lain.

Mungkin saja banyak yang menjadikan fenomena ini sebagai momentum drama tetapi tidak sedikit yang memang membutuhkan bantuan nyata.

Salam sehat untuk semuanya.

No comments: