Friday, September 27, 2019

Jenuh

Kamu berhasil membuatku tersenyum ketika mengingatmu. Begitu juga air mataku yang terus mengalir kala kenangan manis tentang kita terlintas begitu saja. Kamu benar, kamu berhasil mencairkan hatiku yang beku.

Layaknya pelangi meninggalkan berkas, manisnya cinta masih terasa membekas. Namun, harus kuakui waktu menggerusnya perlahan. Menyisakan kebingungan apakah masih layak semuanya dipertahankan.

Mungkin benar bosan sedang menghampiri, bukan hanya pada pikir dan hatimu, pun juga aku.
Hingga meskipun beberapa cara dicoba untuk melunakkan, tetap saja jenuh yang paling dominan.

Mengapa bosan kian saja menjadi retaknya hubungan?
Apakah kelelahan adalah akhir dari manisnya kasih sayang?
Ah! Pagi ini saja bahkan jenuh sudah membuatku bersajak.
Meski bukan hal positif, tetap saja ia mampu membuatku produktif.

Lalu, apakah kamu disana membacanya? Bisa saja aku bilang tidak peduli. Namun, kenyataannya harapanku adalah  mendapat notif darimu.

Jujur aku jenuh, bahkan mendengar suaramu saja, pikirku kontan berbalut emosi. Sayang seribu sayang, kasihmu terlanjur mengisi relung hati. Hingga lagi dan lagi, diriku terbuai akan tawa yang akan engkau buat nanti.

Silahkan sebut aku bodoh kala masa itu tiba. Tetapi kali ini ijinkan ku berteriak jenuh ditengah hiruk pikuknya demokrasi reformasi. Bukan hanya pada wakil rakyat tetapi juga kamu.

No comments: