Sunday, September 29, 2019

Dalam Diam

Pekat malam tak jua mampu meredam emosi yang kian membara.
Tak ubahnya rintikan hujan yang tiada henti meluruh tangisan dan isak penuh.
Namun, ku sadari tanda tanyaku bukan hanya sekadar mencari makna dalam kata.

Dalam diam ku dapatkan banyak makna.
Dalam diam ku tahu ada benci untukmu yang tak terukir kata.
Dalam diam masih saja ku rapalkan doa yang kuharap selalu mengudara.
Dalam diam jua tangis teriak dalam-dalam terhalang kedap suara.

Sungguh ku ingin memaki berasas benci pada sikapmu yang tidak peduli.
Jujur saja ku ingin membenci dan mengakhiri cinta yang tak pernah mendapat balasan ini.
Namun, tetap saja ku kalah pada kelemaham hati kala kamu datang membawa tawa mengisi gundahnya hati.

Bagaimana bisa aku merasakan lebih baik disakiti bersamanya daripada harus tersakiti tanpanya?
Ya, sebut saja aku bodoh.
Panggil aku budak.
Maki aku pecundang.

Aku tidak akan mengumpat dalam diam karena kebodohanku yang sudah diperingatkan.
Karena dalam diam, hanya ada aku, dia, rasaku dan doa yang kujabarkan larut malam.

No comments: