Friday, August 30, 2019

Depresi, huh?

Depresi bukan hanya perkara kurang iman dan kurang bersyukur.
Ketika beban terasa terus bertambah sedangkan beban sebelumnya belum bisa ditangani tetapi tidak ada yang bisa diajak berbagi, tekanan akan terasa semakin besar. Terlebih lagi saat mencoba untuk berbagi tetapi malah dihakimi.
Sudahlah merasa sendiri, tidak ada yang bisa diajak berbagi, dihakimi, tidak menutup kemungkinan berpikir untuk bunuh diri.
Bahkan seringkali perasaan merasa tidak berguna datang dari perlakuan orang2 dekat yg dipercaya.
Ketika stres merasa tidak berguna, seringkali dicap baperan. Belum lagi kalimat2 pembanding masalah seolah2 masalah yg dialami tidak pantas dijadikan alasan stres.
Tiap orang punya kuat yg berbeda, kenapa harus disamaratakan masalahnya?
Bahkan ada yg membandingkan kehidupan yg lalu dengan yg sekarang. Bukankah roda itu berputar?
Apakah orang yg dulunya kaya tidak akan bisa jadi miskin?
Apakah orang yg dulunya tegar tidak bisa rapuh?
Apakah orang akan selalu sama di tiap waktu?
Mengapa orang hanya boleh terlihat baik2 saja?
Percayalah, tidak mudah untuk memilih orang lain sebagai yang dipercaya.
Pendengar boleh saja kecewa dengan lemahnya orang yang ia kenal sebagai orang yg kuat. Namun, apakah orang yang terlihat kuat tidak boleh kecewa akan penghakiman yg ia terima?
Disebut pembohong, mengada-ada, berhalusinasi tidak akan membantu, justru menghancurkan dan menambah beban.
Ketika seseorang belum bisa bercerita, mungkin ia sedang menata pikiran, hati dan mentalnya. Namun, ketika ia mulai sudah bisa bercerita, mengapa tidak bisa didengarkan tanpa penghakiman dan diterima saja keberadaannya?
Tidakkah seorang yg suci mempunyai masa lalu dan sang pendosa mempunyai masa depan, kawan?

No comments: