Monday, February 4, 2013

keajaiban


Aku tidak percaya akan kebetulan tapi aku percaya akan keajaiban. Dan hal itu terjadi padaku saat awal bulan Juli tahun 2012. Setelah siklus tidurku seperti kelelawar beberapa bulan ini, aku selalu terbangun pukul 11 siang. Saat itu aku berbicang dengan kakakku mengenai kuliahku. Dimana aku berencana untuk mengambil SP (Semester Pendek). Namun kakakku berkata untuk tidak mengambilnya karena beliau mempunyai rencana lain.
Keesokan harinya kakakku berkata, “Banyak-banyak doa aja nda, gua kemaren udah ngajuin kasbon untuk biaya operasi lo. Gua udah ngomongin ini sama abang. Tinggal tunggu omongan dari atas, mudah-mudahan di ACC”. Saat itu juga air mataku langsung bercucuran deras tak bisa dihentikan. Ingin rasanya kupeluk tubuh kakakku namun ku yakin beliau akan menghindar.
Beberapa hari kemudian kakakku kembali berkata, “Nda, lo siap-siap. Kasbon gua udah di ACC. Tinggal ngambil uangnya aja. Nti berangkat sama abang. Kalo bisa secepetnya biar lo cepet sembuh”. Lagi, beliau sukses membuat aku menangis tanpa kata.
Tak sampai tiga hari kami berangkat ke Jakarta. Aku, Mami dan Abang. Sementara kakak ku  yang pertama ditemani oleh kakak ku yang kedua untuk siang hari. Saat malam hari beliau ditemani oleh tetangga kami yang kebetulan membantu kami menyuci.
Sesampainya di Jakarta, kami tidak langsung ke rumah sakit karena kami sampai waktu sdah larut. Keesokan harinya kami berangkat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ketika sampai, kami tidak membuang-buang waktu lagi. Semua check untuk kebutuhan operasi kami lakukan hari itu juga secepatnya. Hanya tinggal beberapa check lagi yang belum dilakukan dikarenakan waktu yang sudah larut. Hampir lima hari kami melakukan check untuk keperluan operasi. Ternyata di dalam telingaku terdapat daging kecil dan sudah dibuang. daging tersebut tidak berbahaya. Setelah daging tersebut dibuang, keadaan ku membaik.
Lalu kami kembali ke Lampung. Tak berapa lama kami mendapat kabar bahwa kami diharuskan kembali ke Jakarta untuk melakukan beberapa test untuk melengkapi keperluan sebelum operasi. Setelah itu kami diperbolehkan kembali dan menunggu kabar selanjutnya. Dan berulang kali pula aku menghubungi Dokter untuk meminta kepastian jadwal operasi ku.
Kurang dari sebulan, kami mendapat kabar bahwa kami dapat melakukan operasi hari Senin tanggal 30 Juli 2012 namun tepat tanggal 28 Juli kabar mendadak kembali datang. Mereka mengatakan bahwa ada orang yang lebih parah keadaannya dan membutuhkan operasi segera. Alhasil, operasi ku diundur. Keluargaku sudah sangat bahagia namun mendengar berita tersebut mereka kembali tak bersemangat. Keesokan harinya, Dokter tersebut kembali menghubungiku dan memberitahu agar aku sudah dapat berada di Jakarta hari Sabtu tanggal 4 Agustus 2012. Kami langsung menyanggupi dan bersiap-siap.
Pada hari Sabtu aku masuk keruangan 711 di RSCM. Dikarenakan hari Sabtu maka kami tidak dapat melakukan operasi. Kami menunggu hingga hari Senin. Aku mendapat urutan operasi pertama. Namun saat menunggu dua hari sebelum operasi, aku tidak mendapat infus dikarenakan kondisi ku yang masih dalam keadaan baik.
Hari Senin tanggal 6 Agustus 2012 pukul 8 pagi aku dibimbing oleh Dokter menuju ruang operasi. Segala keperluan sudah lengkap. Pukul 9 kurang operasi dilaksanakan. aku tersadar pukul 2 siang hari. Saat itu pula keadaan ku belum terlalu pulih dikarenakan HB ku yang turun dan aku sedang dalam masa menstruasi. Jadi, selama hampir seharian aku hanya berbaring.
Saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan dan aku tidak dapat puasa hingga 20 harian lebih. Kami berada di RSCM selama lima hari namun kami belum diperbolehkan untuk kembali ke Lampung dikarenakan seminggu setelah operasi diwajibkan check up pertama. Kami menginap di hotel terdekat selama dua hari dan melakukan check up. Hasil operasi ku baik, perban besarku dibuka dan aku diperbolehkan kembali ke Lampung dengan syarat seminggu kemudian diharuskan kembali ke Jakarta untuk check up kedua. Aku diberikan salep dan obat minum.
Seminggu kemudian kami kembali ke Jakarta. Dan rutin selama sebulan, tiap hari Senin kami kembali ke Jakarta. Setelah kondisi membaik, rutinitas dikurangkan dengan jadwal check up dua minggu sekali. Namun tetap di hari Senin karena hanya pada hari tersebut Dokter Alfian terdapat di RSCM. Dokter Alfian adalah Dokter THT yang mengoperasiku. Dua kali aku berangkat ke Jakarta dengan frekuensi dua minggu, frekuensi ku kembali dikendurkan menjadi satu bulan sekali.
Aku berangkat bersama kakak ipar. Kami berangkat malam hari, sampi pagi di Jakarta dan setelah check up siang hari kami langsung pulang lalu sampai di rumah malam hari. Jadi, kami 24 jam diperjalanan.
Saat ini aku sudah memasuki semester 5. Suasana hangat terjadi. Mereka senang aku dapat kembali berada di tengah-tengah mereka. Karena IP ku semester lalu, saat ini aku hanya mendapat 12 sks. Yaitu, 4 mata kuliah. Ternyata aku benar-benar diharuskan untuk istirahat.
Tak ada halangan untuk ku check up karena jadwal ku yang kosong saat hari Senin. Namun akhir-akhir ini jadwal ku banyak yang tabrakan sehingga aku belum sempat lagi untuk check up. Saat aku mulai memasuki waktu libur kuliah, keadaan lain tidak memungkinkan. Pertengahan bulan Januari 2013, kota Jakarta dilanda banjir yang cukup lama. Rencana kami ubah setelah banjir Jakarta surut. Namun takdir berkata lain. Lampung terkena banjir. Hujan selalu menghiasi langit kami. Saat ini, kami hanya menunggu keadaan yang benar-benar tepat untuk kami dapat berangkat check up ke Jakarta.
Dikarenakan hal tersebut, aku tetap melaksanakan check up namun dengan Dokter ku yang di Lampung. Aku ingin tahu keadaan kupingku saat ini. Karena rahangku terkadang masih merasakan sakit. Dokter mengatakan bahwa kupingku baik, hasil operasinya bagus. Rahang yang sakit adalah kelenjar yang tidak ada hubungannya dengan telingaku. Kemungkinan kelenjar tersebut sakit adalah karena ada sakit disekitar mulutku, mungkin saja gigi.
Jangan pernah ragu akan keajaiban. Yakinlah, Tuhan tak pernah tidur J

otitis media kronis


Dalam cerita sebelumnya, aku telah menceritakan bagaimana aku mengenal siapa orang yang ada saat aku ‘tidak ada’.
Mungkin dari kalian bertanya-tanya, “Sakit apaan sih? Kok sampe begitu?” Berikut ini adalah sedikit ulasan mengenai penyakit ku. Dalam bahasa kedokteran dikenal dengan Otitis Media Kronis atau Otitis Media Surpuratif Kronis. Kalau aku bilang, gendang telinga ku robek dan terkadang mengeluarkan cairan. Aku mempunyai Dokter THT di Lampung yang sudah selama 3 tahun aku berobat dengannya. Mari kita telaah bahasa kedokteran tersebut.

Definisi Otitis Media (Peradangan Telinga Tengah)

Otitis media adalah peradangan dari telinga tengah. "Otitis" berarti peradangan dari telinga, dan "media" artinya tengah. Peradangan ini seringkali mulai dengan infeksi-infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan, selesma-selesma atau persoalan-persoalan pernapasan lainnya, dan menyebar ke telinga tengah. Ini dapat disebabkan oleh virus-virus atau bakteri-bakteri, dan dapat menjadi akut atau kronis.

Otitis media akut biasanya adalah dari yang timbulnya cepat dan berdurasi pendek. Otitis media akut biasanya berhubungan dengan akumulasi cairan di telinga tengah bersama dengan tanda-tanda atau gejala-gejala dari infeksi telinga; gendang telinga yang menonjol biasanya disertai dengan nyeri, atau gendang telinga yang berlubang, seringkali dengan aliran dari materi yang bernanah. Demam dapat hadir.

Otitis media kronis adalah peradangan telinga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan. Ini adalah berbeda dengan infeksi telinga akut (otitis media akut) yang biasanya berlangsung hanya beberapa minggu. Setelah infeksi akut, cairan (effusion) mungkin tertinggal dibelakang gendang telinga (tympanic membrane) untuk sampai dengan tiga bulan sebelum menghilang. Otitis media kronis mungkin berkembang setelah periode waktu yang berkepanjangan dengan cairan (effusion) atau tekanan negatif dibelakang gendang telinga (tympanic membrane). Otitis media kronis dapat menyebabkan kerusakan yang terus menerus pada telinga tengah dan gendang telinga dan mungkin ada aliran yang terus menerus melalui lubang pada gendang telinga. Otitis media kronis seringkali mulai tanpa nyeri dan demam. Tekanan telinga atau telinga yang meletus dapat menjadi gigih untuk berbulan-bulan. Adakalanya kehilangan pendengaran yang tidak kentara dapat disebabkan oleh otitis media kronis.

Itulah sedikit ulasan yang aku dapat dari search di Google. Tepatnya di web www.totalkesehatananda.com
Menurut Dokter, satu-satunya cara agar sakitku hilang hanya dengan operasi gendang telinga. Dimana gendang telingaku akan ditutup secara permanen oleh selaput tipis. Namun operasi ini hanya bisa dilakukan di luar wilayah Lampung, yakni Jakarta atau Palembang.
Teman, Tuhan selalu tahu yang terbaik untuk  kita J

kekecewaaan


Kala aku mengingat kata kecewa, langsung terlintas memori ku akan semester 4. Saat itu keadaan ku jauh dari kata mampu. Tak pernah kualami lemah yang begitu hebat menggerogoti tubuhku. Dimulai dari pertama aku ingin membayar spp semester 4 yang sudah meminta bantuan teman hingga pengisian krs. Tak sampai disitu. Rutinitas ku dikampus seketika itu juga terhambat. Baik untuk akademi maupun organisasi.
Aku berangkat ke kampus sesuai jadwal mata kuliah yang aku ambil. Saat itu aku mendapat 18 sks. Satu mata kuliah memakan waktu dua jam. Jam pertama aku masih dapat mengikuti pelajaran seperti biasa dan fokus, namun saat memasuki jam kedua semua fokusku melalang buana seketika. Tak dapat kupingkiri, hal yang aku lakukan hanyalah menulis kata-kata tidak penting, menggambar bahkan mengobrol.
Untuk organisasi pun tak ayalnya aku menghindari kebersamaan. Saat ada kumpul bersama, progja maupun rapat tak pernah kudatangi lebih dari lima kali. Bahkan yang seharusnya menjadi kewajiban ku pun tak kulakukan dengan semestinya sehingga temanku yang berada dalam satu departemen denganku mendapat imbasnya untuk menggantikan keberadaanku.
Tak ada satu bulan aku dikampus, keadaan ku makin mengganggu suasana indah mereka. Saat memasuki jam ke dua, bukan lagi fokusku yang hilang. Namun keadaanku yang tak mampu bertahan lama dalam ruangan itu dikarenakan sakit yang tak tertahan dahsyatnya. Tetapi untuk menghargai dosen, aku bertahan hingga jam pelajaran usai. Ketika dosen mulai keluar ruangan, idak hanya satu teman yang membopongku pulang. Kepanikan mereka beralasan mengingat kondisiku yang tak mungkin lagi dapat bertahan lebih lama.
Begitu pula ketika aku ke kampus bukan karena ada jadwal kuliah. Melainkan hanya memenuhi tanggung jawab ku dalam organisasi. Tak membutuhkan waktu lama bagi keadaanku untuk menggerogoti kuatku. Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu jam aku sudah diantar ke rumah. Dan saat itu pula kepanikan nyokap tak bisa menahan air mata beliau yang turun melihat keadaan anaknya yang semakin lama semakin tak mampu bertahan dengan kuatnya.
Hari berganti hari dan kuatku telah habis menahan sakit yang dengan dahsyatnya menggigiti tiap detik yang aku punya untuk istirahat. Sakit ku tak kenal waktu. Semakin dahsyat saat malam tiba. Tak ayal aku menjelma bagai kelelawar. Bekerja di malam hari namun tidur di siang hari. Bedanya, kelelawar bekerja mencari makan kalau aku bekerja menahan sakit. Ketika pagi hari, tenagaku sudah terkuras habis. Maka aku dapat tertidur lebih kurang lima jam.
Keadaan semakin parah bahkan bila sakit sudah menjalar ke bagian kepala. Pernah suatu ketika aku tak mampu berjalan dengan tegak. Seluruh anggota keluarga seperti sudah habis akal membantuku dengan obat maupun motivasi. Begitupun dengan teman-temanku yang tak pernah bosan mengajakku bersabar dan berdoa. Bahkan ibuku memaki kalau kau terlalu lemah dan memanjakan penyakit.
Suatu ketika aku mencoba untuk berangkat ke kampus. Setelah mandi aku terpeleset karena tidak kuat menahan godaman sakit kepala. Aku merayap-rayap memakai pakaian dan menggunakan sepatu. Namun aku yakin aku tidak kuat kalau harus berjalan menuju kampus. Hingga kakak ku menyuruh agar aku mengurungkan niatku untuk berangkat. Semakin hari keadaan ku tak kunjung membaik, obat yang sebelumnya dapat menjadi pereda nyeri, saat itu juga hanya dapat bekerja tidak lebih dari dua jam. Hal itu juga yang menjadikan ku tak dapat bertahan kala malam dan sakit itu datang. Alhasil, bulan berikutnya aku sudah tidak lagi menginjakan kaki di kampus.
Aku tahu teman-temanku sedang sibuk dengan kuliah dan praktikum. tak banyak pula harapku akan kedatangan mereka. Mereka tetap datang menjengukku bahkan memberikan dana untuk pengobatanku. Hal yang tidak dapat kubalas dan tak pernah terbayang daam pikirku.
Mengingat keadaanku yang tidak mungkin dapat kembali ke kampus, aku mulai memutar otak agar nilaiku tidak hancur. Aku mulai mencari informasi mengenai cuti. Tidak hanya lewat pesan, saat mereka berkunjung pun aku bertanya dan berharap mereka dapat mencarikan informasi.
Waktu terus berlalu, dan tak ada satupun yang memberikan informasi perihal cuti. Aku tahu temanku ada yang sudah melakukan cuti. Aku bertanya padanya namun tak ada jawaban. Aku sudah berkali memnita tolong kepada mereka mencarikan info. Mereka hanya bilang ke dekanat. Iya, aku tahu. Lantas apalagi yang harus aku lakukan? Bukankah mereka sudah tahu keadaanku? Tak bisakah mereka bayangkan aku ke dekanat sendiri dan terluntang-lantung mencari kepastian?
Saat itu juga aku benar-benar merasa kecewa dalam. Aku tahu mereka sibuk, aku tahu mereka banyak yang dipikirkan. Dan aku tahu kalau mereka tak ada waktu kosong sedikitpun adalah bullshit. Kekecewaan itu tidak berhenti. Pil pahit masih harus kutelan seiring banyaknya cibiran disekitar.
Setelah masa perkuliahan semester 4 berakhir, para mahasiswa kembali sibuk dengan nilai. Nilai yang menentukan sks mereka di semester selanjutnya, nilai yang menentukan beasiswa yang ingin mereka dapatkan serta nilai yang menentukan kapan mereka akan di wisuda. Sebagai manusia yang masih menyandang status mahasiswa, aku pun ikut menyibukkan diri melihat nilaiku. Aku tidak terkejut melihat hasilnya mengingat aku tidak mengikuti 80% masa perkuliahan. Namun air mataku tak dapat tertahan. Bantalku seketika basah dan tanganku serasa tak ingin menghapus air di pipi.
Seketika aku teringat dalamnya kecewa yang kupendam. Begitu sakit, teriris, miris dan tak kuasa menahan tangis. Sadarkah mereka akan luka dalam yang aku terima? Aku tak peduli mereka sadar atau tidak. Aku mati rasa terhadapnya saat itu. Aku hanya ingin bangkit dan membuktikan.
IP ku semester 4? 0,00 dengan semua nilai E dan satu mata kuliah yang nilainya tidak dikeluarkan. Saat itu aku tidak peduli, yang aku pikir hanya bagaimana aku dapat merubahnya menjadi kebanggaan. Namun saat ini aku memikirkannya, memikirkan bagaimana mengatur semua mata kuliah ku hingga tak satupun akan menghancurkan nilai-nilaiku.
Seketika itu aku tahu, jangan pernah berharap dengan manusia. Siapa yang ada saat kamu butuh? Aku sudah tahu jawabannya J Semakin kau dekat dengan manusia semakin besar peluangmu merasa kecewa. Terkadang orang yang menurutmu paling dekat adalah ia yang mampu menjatuhkanmu lebih mudah.
Ingatlah, Tuhan tak akan meninggalkanmu sendiri J

Cara Mengatasi Blog yang Dialihkan ke Ripway

baru-baru ini blog saya juga teralihkan ke h1.ripway.com, namun tidak seperti yang lain melainkan blog saya sudah teralihkan ke situs tersebut saat saya baru akan mengklik Template. tentu dari teman-teman juga ada yang mengalami hal serupa dengan saya. berikut akan saya beritahukan cara mengatasinya.
1. menekan tombol ESC  sesaat setelah mengklik template sebelum masuk ke direct ripway maka blog anda tidak akan teralihkan.
2. Buka Edit HTML/Edit Template.
3. Klik/centang "expand widget templates". 
4. Cari (tekan Ctrl+F) ripway.com.
5. Jika ketemu itulah sumber masalahnya.
6. Perhatikan bagian script, hapus seluruh bagian script dari ripway.com.
Script dimulai dari tag <script dan diakhiri oleh /> atau </script>
Perhatikan contoh:
<script ......ripway.com.............. /> atau
<script>............ripway.com..........</script>
Hapus bagian seperti contoh di atas.
7. Setelah dihapus, save template.
8. Cek blog apakah masih mengalami redirect.


Semoga bermanfaat :)