Wednesday, June 30, 2021

Sakitku

Do I look ok? Yes.

Am I ok? No.


Sakit Saraf mengubah segalanya.

Keuangan, kekeluargaan, pertemanan, kondisi badan, pola tidur, pola makan, pola hidup, sudut pandang, kebutuhan.


Pernah berpikir segalanya akan selesai setelah operasi telinga. Kenyataannya justru hidup semakin bercanda. Sekitar lima tahunan yang lalu, gw mulai intens sakit kepala. Berbekal pereda nyeri obat warung, sakit mereda. Tetapi semakin hari, intensitas sakitnya semakin meminta untuk lebih diperhatikan. Hingga akhirnya berobat ke dokter saraf dan pulang dengan vonis Vertigo Migrain juga Trigeminal Neuralgia yang tidak bisa sembuh dan diharuskan meminum obat seumur hidup. Permasalahan terjadi karena sakit gw menyerang saraf fatal, yaitu saraf 8 dan saraf 5.


Pengobatan gw sedikit terbantu dengan adanya BPJS. Namun semakin hari kondisi semakin tidak baik dan dosis juga berubah. Hingga akhirnya gw minum obat sehari 4x sedangkan dari RS hanya dapat 10 butir untuk 10 hari kontrol. Jelas gw kekurangan banyak obat yang harus gw beli sendiri.


Gw belum juga mendapat kerja tetapi gw sempat beberapa kali berwirausaha. Tetapi saat ini usaha gw sedang berhenti sementara. Gw juga menggalang dana tapi stuck. Gw banyak minta tolong ke keluarga, saudara, teman tapi saat ini mereka juga sedang tidak bisa membantu.


Gw tidak pernah berniat untuk meminta-minta/mengemis online tetapi keadaan memaksa gw demikian. Seperti saat ini obat gw habis bahkan obat depresi juga habis yang ngebuat gw ngerasa bener2 ingin ditenangkan dan dikuatkan.


Gw tau gw udah meninggalkan kesan buruk ke banyak orang dengan datang ke mereka lalu meminta bantuan dana. Ada juga yang berucap kalau di belakang ada omongan tidak baik tentang gw. Bagaimanapun juga, gw saat ini sedang kesakitan dan butuh bantuan. Kalaupun kita memiliki sakit yg serupa, kuat kita berbeda dan seringkali gw merasa udah gak kuat untuk bertahan.


Gw udah minum obat kurang lebih 11 tahun dengan dosis yang terus berubah dan bertambah. Banyak efek samping yang sudah dan sedang terjadi, diantaranya sakit kepala, sembelit, sakit perut, pusing dari hidung, diantara 2 alis, di atas alis, dahi, kepala hingga kepala belakang, mengantuk bahkan menguap setelah menangis, perubahan siklus menstruasi, gemetar, kliyengan, rambut rontok, sering panik, gelisah, cemas, depresi, susah tidur, pola tidur berantakan, tidur pagi karena malam tidak bisa tidur, sulit tidur dengan nyenyak, agresif, marah, bicara atau berpikir mengenai keinginan melukai atau bunuh diri, menarik diri dari teman dan keluarga, preokupasi (fokus) dengan kematian, nyeri perut atas/ulu hati, hilang napsu makan, nyeri dada, denyut jantung kadang tidak teratur, sesak napas, bingung, mual dan muntah, lemah, lemas, sering terasa kering tenggorokan, hilang keseimbangan, dan perubahan mood.


Sakit gw banyak penyebab dan pantangannya. Walau kadang bisa saja penyebabnya tidak jelas yang merupakan akumulasi dari masalah-masalah yang ada. Kambuhnya juga datang tiba-tiba, mendadak, dan tanpa aba-aba.


Seterbiasanya gw dengan sakit dan kambuhnya yang mendadak ini, tapi sungguh kondisi ini tidak akan pernah menjadi biasa. Gw yang tadinya sedang produktif bisa seketika saja langsung diam tidak berdaya dan seluruh energi seakan terasa langsung menguap.


Tapi gw masih punya nyokap Lansia yang mengharuskan gw masih berusaha tetap menjadi apa adanya. Dimana keadaan gw ini terkadang dijadikan bahan "keanehan" bagi beberapa orang yang berpikir "katanya sakit?".


Lantas kalau gw sakit, gw tidak bisa main Twitter, Instagram, nonton film, jalan-jalan? Gw ini cuma sakit, bukan mati.

Tidak selamanya juga jalan-jalan itu menghabiskan uang. Bisa saja gw dan keluarga memang refreshing sekadar keluar rumah, keliling kota, cari makan.

Bahkan kalopun gw jalan sama Vinda, gw selalu merepotkan dia yg terlalu baek buat gw, itu aja sekadar olahraga, keliling kota dan mencari makanan.

Kalaupun gw sendiri keluar kota, surat rujukan RS itu ada di tangan.

Memangnya cuma yang sehat saja yang boleh melakukan itu?


Gw berusaha berbagi di ruang media sosial bukan sekadar "cari perhatian" tetapi untuk sedikit melepas penat. Dimana bener kata teh Fala, fase ini akan berakhir. Atau mungkin tidak. Tidak tau. Tidak apa. Karena memang sudah di level pasrah yang sepasrah-pasrahnya gatau harus gimana lagi selain YAUDAHLAH PASRAHIN AJA. Dimana ketika cerita sedih juga sambil ketawa karena udah gatau lagi.


Gw lelah menjaga emosi dan kewarasan saat ini. Saat semua kekacauan melanda bak domino. Gw terkadang berpikir gamau menghancurkan kekuatan bertahan yang udah gw bangun tetapi gw gak memungkiri terkadang rasa ingin mengakhiri hidup itu muncul. Sometimes, i can't handle myself from pain. And, i always wish that i could do more to die, than my selfharm. I wish i could cut it off. 

Terlebih lagi perlahan tapi pasti, mereka menjaga jarak, mengabaikan, bahkan menghilang. I know, anything can happen to anyone at any time but i'm not ready. Not yet.


Beberapa masalah yang terjadi ada yang bikin gw trauma. Tapi kenyataannya, disaat gw mulai memberanikan diri untuk bercerita, gw justru dibilang drama. Sungguh, dibilang drama sama orang terdekat itu rasanya luar biasa gak enak. Akhirnya balik lagi buat nahan apa-apa sendiri dan kerasa makin berat, dampaknya makin pengen ilang dari dunia ini.


Apalagi saat baru mulai cerita, malah ditimpali :

"Gw dulu juga pernah..."

"Lo masih mending, lah gw..."

"Gw malah lebih parah..."

"Lo enak, dulu tuh ya gw..."

"Bersyukur aja, gw juga..."

"Bosen tau denger cerita lo.."

"Kayaknya keluhan lo itu mulu..."

"Kenapa? Mau ngeluh lagi?"

"Baperan..."

"Kayak gak kenal Tuhan aja..."

"Drama deh lo.."

"Trauma apaan sih lo.."

"Apa? Uang lagi?"

Dan banyak lagi kalimat yang gw pikir seharusnya ga gw baca/dengar.


Ini bukan ajang lomba menderita. Banyak kok pilihan lain selain membuka mulut dan memberi ceramah dengan bumbu kesuksesan. Kalau gak bisa membantu, masih bisa mendengarkan atau bisa berjalan menjauh bahkan delete chat tanpa perlu ngomongin di belakang.


Masalah orang memang beda-beda. Kuatnyapun demikian. Kita tidak pernah tau doa dan air matanya untuk bertahan. Kalau merasa sudah bisa melewati moment yang MENURUT LO lebih parah dari gw, bisa nanti kok dipanggung lo sendiri di lain waktu. Gw pengen didengar, ditenangkan, dikuatkan. Kalopun tidak bisa ketiganya, cukup yang pertama.


Benar adanya kalo ga ada orang yg menghiraukan kesedihan, air mata, kesakitan tetapi orang akan selalu menghiraukan KESALAHAN. Dan ya, it happened.


Teruntuk yang selalu mengkaitkan dengan agama, sudah ada loh literaturnya kalau tidak perlu menstigma bahwa depresi adalah karena kurang iman. Karena depresi juga berhubungan dengan pengalaman hidup sedangkan iman adalah perjalanan spiritualitas yang mendalam, tidak bisa dinilai hanya dengan melihat perilaku ibadah saja.


Selain agama, gw juga seringkali dijulidin hal-hal pribadi, misalnya :

"Kamu gamau kurus?"

"Ga pernah olahraga ya?"

"Ga nyoba diet?"

"Kok belum nikah?"

"Gak kepingin punya anak lucu juga?"

"Coba obatnya dikurangin"

"Ga cari kerja?"

"Coba dandan kayak yang laen"

"Coba tidurnya jangan pagi terus"


Yang sangat ingin gw jawab "BACOT!". Pertanyaannya memang terkesan peduli tapi efek sampingnya nyinyir penuh komentar gak penting yang sesungguhnya adalah BUKAN URUSAN ANDA!


Adapun hal-hal yang sebenarnya gw inginkan, sudah pernah gw perjuangkan jauh sebelum pertanyaan nyinyir itu terlontar. Tetapi memang ada hal-hal yang sudah kita usahakan dan belum rejekinya.

Menurut ngana, apakah gw terlihat tidak mau untuk mengurangi konsumsi obat? Tentu saja gw mau. Tapi apa yang terjadi setelah gw mencobanya?

GW DIOPNAME!!

Jadi kurang-kuranginlah ya nyinyirnya karena sesungguhnya cuma diri sendiri yang tau kapasitas diri dan apa yang baik untuk diri.


No comments: