Monday, November 25, 2019

So Lonely

Hancur hatiku.. Mengenang dikau..


Kalau saja malam ini kamu dapat melihat betapa piasnya wajahku merindukan dirimu. Mungkin saja kamu akan tertawa atas berlebihannya responku terhadap sikapmu.

Sembabnya mataku mungkin saja lelucon bagi acuhnya rasamu. Tentu saja tumpahnya air mataku tidak akan mengubah ketidakpedulianmu padaku.

Aku tahu itu, sayang.

Tetapi bolehkah aku berteriak, mencaci, memaki, menangisi bahkan hingga tertidur menunggu telepon darimu?
Aku melakukan itu, sayang!
Aku melakukannya!!

Meski aku sadar keadaan terburuk adalah hari ini akan tanpa dirimu lagi. Hari ini, kamu menghancurkanku lagi.

Aku tidak menuntut macam-macam darimu. Aku hanya ingin kamu ada.
Bilapun bukan karena peduli, anggap saja sebagai orang yang telah membantu. Sekiranya kamu bisa memenuhi satu hari dari 365 hari yang ada.

Namun, kenyataan tinggal harapan. Pagi berganti siang, kunikmati hari mungkin saja kamu sedang sibuk dengan rutinitasmu. Hingga ku tenggelam dalam mimpi kedua.

Siang menuju sore, masih kucoba bersabar mungkin saja engkau lelah dan beristirahat. Sedangkan aku sibuk menyelam dalam lautan air mata doa yang selalu ku jaga agar tetap mengudara.

Sore menuju malam, aku mulai gelisah karena tidak ada sedikitpun tanda keberadaanmu hari ini seperti harapanku. Lagi, ku terseret dalam mimpi ketiga berhias wajah yang kian pias.

Malam menuju tengah malam, kusadari tiada lagi dirimu kini di hari ini. Pupus sudah harapanku untuk dapat membagi hariku bersamamu. Hingga waktu untuk menjemput mimpi keempat, ku coba cara lain untuk mencari keberadaanmu.

Sial!

Lagi-lagi aku mendapat block panggilan yang seharusnya sudah kusadari sedari awal.

Betapa bodohnya diri ini yang berpikir itu hanyalah reject dari seorang anak yang terganggu video bahkan permainannya.

Betapa naifnya diri ini yang masih saja berpikir positif jikalau harapanku akan menjadi kenyataan. Dan tangisku menjadi tawa bersamanya.

Betapa hancurnya diri ini begitu mengetahui bahwa apa yang diucapkannya selama ini bukanlah basa-basi melainkan isi hati.

Sudah jatuh, tertimpa tangga, hancur pula rumahnya.

Bagaimana bisa dia memperlakukanku sebegitu pintarnya hingga membuatku tidak mampu berkomentar ketika mendapatkan perlakuannya?

Ah! Sayang.. Sudahkah engkau tidur malam ini?

Mungkin hanya aku saja yang masih berpikir, berpikir, berpikir lalu menangis. Sedangkan dirimu sedang tertidur guna mempersiapkan tenaga untuk hari esok.

Bukan salahmu ketika kamu tidur karena aku tahu besok adalah kegiatan wajibmu yang harus dimulai sedari pagi. Aku paham itu bahkan aku meminta maaf karena belum bisa memberikan yang kamu mau.

Aku tau akhir-akhir ini banyak masalah yang sedang melanda kita. Tentang harga diri, masa lalu, juga kemauan. Namun, ketika aku belum bisa memberikan, bukan berarti kamu bisa berbuat demikian, sayang. Aku paham semua yang sedang terjadi diantara kita.
Tetapi haruskah kamu setega itu di hari ini?

I'm so lonely, sweetheart..

No comments: