Monday, January 6, 2014

Kalian Istimewa :’)



Malam ini gua cuma pengen nangis. Antara sedih dan bahagia. Ingin menumpahkan segala rasa yang sedang bergejolak. Rasa yang belum pernah pudar sampai detik ini gua menulisnya. Rasa sayang.
Gua bukanlah tipe bersahabat. Orang yang akan deket sama gua haruslah tahan sama ego dan keras kepalanya gua, sikap ngebungsunya gua, cuek nya gua, bahkan sarkasme nya gua. Ga sedikit yang ga mau berurusan panjang sama ngototnya gua.
Dibalik itu, lo akan nemuin sisi pendiem gua. Diawal lo kenal gua, lo ga akan liat tingkah gua yg macem2 karna gua hanya ngikut arus dan ga banyak omong. Ini salah satu alesan yang bikin gua susah bersahabat.
Tapi tenang aja, gua punya beberapa sahabat yang bisa nerima “ini gua”. Dengan mereka gua bisa nunjukin ke dunia kalo “ini sahabat gua”. Mereka udah pernah gua bahas di post sebelumnya. Mereka istimewa :’)
Jauh dari hal itu, inti dari gua buat post ini cuma satu.
Kalian Istimewa :’)
Kalian pasti tau, dengan gejala-gejala yang udah Nampak. Makin keliatan aja kalo kiamat sudah dekat. Ya ga ada yg tau waktu itu kapan. Tapi sebagai manusia kita cuma bisa persiapin bekal. Kalian juga pasti paham, ga ada manusia yang mau wafat di hari kiamat. Liat gempa bumi aja serem, apalagi kita merasakan hal mahadahsyat.
Oleh karena itu, gua sebagai manusia juga berharap bisa wafat sebelum hari itu tiba. Pemikiran ini tetiba sekelebat saat gua di toilet. Yang gua pikir kalo gua ketik di sms bakal kepanjangan maka gua nulis di blog.
Akan tiba masanya, saat itu datang. Salah satu dari yang gua ingin adalah kalian, para sahabat datang. Tidak peduli betapa padatnya jadwal kuliah maupun kerja. Tak peduli betapa jauhnya jarak kampus maupun kantor. Gua mau kalian ada, datang, melepas dengan ikhlas.
Meski dari kita pernah ada pertikaian. Pernah ada sengketa tak kunjung usai. Pernah ada perdebatan berujung perang dingin. Gua cuma mau kalian ada, datang.
Mungkin kita pernah berselisih paham, berbeda prinsip, menempuh jalan yang berbeda, ataupun saling mementingkan ego tapi ingatlah, kita pernah berjalan beriringan, mengkristalkan semua canda tawa, duka lara bahkan air mata dalam kenangan, dalam satu bilik yang kita sebut masa muda.
Kita pernah disana bersama, teman. Tak peduli orang menghakimi dengan beribu omongan. Kita tetap disana. Ingatlah, teman. Sekalipun kita melangkah berjauhan, hati kita akan tertanam disana. Sekeras apapun kita coba menghacurkannya, dalam mimpi pun kenangan itu dapat singgah. Dan sedalam apapun kita coba menguburnya, gua yakin kita pasti akan menitikkan air mata mengingatnya.
Ya, kita pernah dibawah atap yang sama. Masa muda dalam balutan seragam sekolah. Masa yang mereka bilang tak akan ada tandingnya.  Masa yang hanya dengan selembar poto kita mendapatkan ribuan kilas momentnya. Kita disana, teman.
Apapun yang menjadi masalah kita yang lalu, kini dan nanti, gua harap ga akan pernah ngerubah jalinan silaturahmi ini. Agar saat tiba masanya datang untuk masing-masing kita, dendam ataupun ego itu lenyap dengan sendirinya.
Maaf untuk segala ego yang pernah jadi permasalahan kita, teman. Terima kasih atas segalanya yangtak bisa diucapkan. Ini bukan masalah aku dan dia, kamu dan dia, aku dan kita, kamu dan kita, aku dan kalian, kamu dan kalian. Ini masalah kita bersama.
Marilah kita berhenti menutup diri. Mulailah komunikasi dan silaturahmi. Waktu akan terus berjalan. Tidak ada yang tahu, gua ataupun siapa dari kita yang akan duluan menghadap-Nya. Selagi masih ada waktu, mari kita berbenah diri.
gua sayang kalian. yang gua mau saat tiba masanya nanti, kalian ada, datang, melepas dengan ikhlas. tanpa dendam ataupun tangisan panjang :')

dia :')



Hai, sobat. Lama tak menulis tentangmu. Sudah lama pula sebenarnya aku mempunyai bahan untuk menulis tentangmu. Kau ingat tentang seseorang yang pernah aku tulis bahwasanya aku menemukanmu dalam sosoknya? Aku sekarang mengetahui sedikit tentangnya.
Tidak lama setelah aku menulis kemarin, aku kembali ke lapangan itu. Aku memang berniat untuk melihat dia dan teman-temannya menari. Rindu ini mendapat jawaban, sobat. Ia ada. Ia disana. Ia melihat.
Aku memperhatikannya. Ia dan teman-temannya begitu bersemangat. Begitu focus akan irama. Dan begitu antusias akan pentasnya. Aku focus menikmati tari itu. Tari yang juga kembali mengingatkanku padamu.
Latihan nya selesai untuk sementara, ia mengambil minum dan perlahan mendekatiku. Ia memberikan minum itu padaku, sobat. Aku tak mengenalnya, tapi benar aku melihatmu pada sosoknya.
Dia bernama Dita, sastra inggris angkatan 2012. Dia ramah. Dia terlalu mengingatkanku padamu.
Kau ingat aku pernah bilang “bagai berharap hujan salju di padang gurun”? hal itu terjadi, sobat. Tanah jazirah arab belum lama ini dianugerahi ujan salju. Tidak ada yang tidak mungkin, sobat. Atas ijin Allah SWT. Begitupun keajaiban, aku percaya itu dan aku masih berharap dalam doaku. Harapan dan doa yang selama ini tak pernah berubah.
Meski rindu ini mempunyai wadah, namun lara ini tak akan pernah sirna sampai kau ada di penghujung mata. Gundah ini masih merenggut separuh pikirku, tak teringat berapa banyak aku meringis mencari. Aku merindukanmu. Hanya itu.