Wednesday, December 21, 2011

makalah luxmeter


PERANCANGAN SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
PADA BANGUNAN GEDUNG

Sistem Pencahayaan.
Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi :
a)      Sistem pencahayaan merata.
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan,digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruanganmemerlukan tingkat pencahayaan yang sama.Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secaramerata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.
b)      Sistem pencahayaan setempat.
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata.Ditempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkatpencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengansekitarnya.Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur padalangit-langit di atas tempat tersebut.
c)      Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.
Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaansetempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekattugas visual.

Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :
1). tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.
2). memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah
tertentu.
3). pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang
terhalang tersebut.
4). tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang
kemampuan penglihatannya sudah berkurang.


Kebutuhan Daya.
Daya listrik yang dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan rata-rata tertentu pada bidang kerja dapat dihitung mulai dengan menghitung armatur. Setelah itu dihitung jumlah lampu yang dibutuhkan dengan persamaan:
NLampu = NArmatur x n ……………. { 4.2.(1) }.
Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan persamaan :
WTotal = NLampu x W1 . ……………{ 4.2.(2) }.
dimana :
W1 = daya setiap lampu termasuk Balast (Watt),
Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan daya
(Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.
Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum yangdirekomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya untuk ruangan kantor 15 Watt/m2 (lihat Apendiks A)

Distribusi Luminansi.
Distribusi luminansi didalam medan penglihatan harus diperhatikan sebagai
pelengkap keberadaan nilai tingkat pencahayaan di dalam ruangan. Hal penting yang harus diperhatikan pada distribusi luminansi adalah sebagai berikut :
a). Rentang luminasi permukaan langit-langit dan dinding.
b). Distribusi luminansi bidang kerja.
c). Nilai maksimum luminansi armatur (untuk menghindari kesilauan).
d). Skala luminansi untuk pencahayaan interior


Luminansi Permukaan Dinding.
Luminansi permukaan dinding tergantung pada luminansi obyek dan tingkat pencahayaanmerata di dalam ruangan.Untuk tingkat pencahayaan ruangan antara 500 ~ 2000 lux, makaluminansi dinding yang optimum adalah 100 kandela/m2.
Ada 2 (dua) cara pendekatan untuk mencapai nilai optimum ini, yaitu :
a). Nilai reflektansi permukaan dinding ditentukan, tingkat pencahayaan vertikal dihitung,atau ;
b). Tingkat pencahayaan vertikal diambil sebagai titik awal dan reflektansi yang diperlukandihitung.
Nilai tipikal reflektansi dinding yang dibutuhkan untuk mencapai luminansi dinding yangoptimum adalah antara 0,5 dan 0,8 untuk tingkat pencahayaan rata-rata 500 lux, dan antara0,4 dan 0,6 untuk 1000 lux.

Luminansi Permukaan Langit-langit.
Luminansi langit-langit adalah fungsi dari luminansi armature.Dari grafik ini terlihat jika luminansi armatur kurang dari120 kandela/m2 maka langit-langitharus lebih terang dari pada terang armatur. Nilai untuk luminansi langit-langit tidak dapatdicapai dengan hanya menggunakan armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-langitsedemikian hingga langit-langit akan diterangi hampir melulu dari cahaya yang direfleksikan
dari lantai.

Grafik luminansi langit-langit terhadap Luminansi armature


Distribusi Luminansi Bidang Kerja.
Untuk memperbaiki kinerja penglihatan pada bidang kerja maka luminansi sekeliling bidang kerja harus lebih rendah dari luminansi bidang kerjanya, tetapi tidak kurang darisepertiganya.Kinerja penglihatan dapat diperbaiki jika ada tambahan kontras warna.


Kualitas Warna Cahaya.
Kualitas warna suatu lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda sifatnya, yaitu :
a). Tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna.
b). Renderasi warna yang dapat mempengaruhi penampilan obyek yang diberikan cahaya suatu lampu. Sumber cahaya yang mempunyai tampak warna yang sama dapat mempunyai renderasiwarna yang berbeda.

Tampak Warna.
Sumber cahaya putih dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok menurut tampakwarnanya :

Tampak warna terhadap temperatur warna.
Pemilihan warna lampu bergantung kepada Tingkat pencahayaan yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman.Dari pengalaman secara umum, makin tinggi tingkatpencahayaan yang diperlukan, makin sejuk tampak warna yang dipilih sehingga terciptapencahayaan yang nyaman.

Kesan umum yang berhubungan dengan tingkat pencahayaan yang bermacam-macam dantampak warna yang berbeda dengan lampu fluoresen dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel hubungan tingkat pencahayaan dengan tampak warna lampu

Renderasi Warna.
Disamping perlu diketahui tampak warna suatu lampu, juga dipergunakan suatu indeks yang menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut.Nilai maksimum secara teoritis dari indeks renderasi warna adalah 100. Untuk aplikasi, ada 4kelompok renderasi warna yang dipakai dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel pengelompokan renderasi warna.
Tabel contoh harga Ra dan temperatur warna untuk beberapa jenis lampu.

Silau.
Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan dariinterior tersebut pada umumnya.Sumber silau yang paling umum adalah kecerahan yangberlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat langsung atau melalui pantulan.Adadua macam silau, yaitu disability glare yang dapat mengurangi kemampuan melihat, dandiscomfort glare yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan.Kedua macamsilau ini dapat terjadi secara bersamaan atau sendiri-sendiri.




Disability Glare (Silau yang menyebabkan ketidak mampuan melihat).
Disability glare ini kebanyakan terjadi jika terdapat daerah yang dekat dengan medan
penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas luminansi obyek yang dilihat. Oleh karenanya terjadi penghamburan cahaya di dalam mata dan perubahan adaptasi sehinggadapat menyebabkan pengurangan kontras obyek. Pengurangan kontras ini cukup dapatmembuat beberapa detail penting menjadi tidak terlihat sehingga kinerja tugas visual jugaakan terpengaruh. Sumber disability glaredi dalam ruangan yang paling sering dijumpaiadalah cahaya matahari langsung atau langit yang terlihat melalui jendela, sehingga jendelaperlu diberi alat pengendali/pencegah silau (screening device).

Discomfort glare(Silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat).
Ketidaknyamanan penglihatan terjadi jika beberapa elemen interior mempunyai luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya.Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi adakalanya baru dirasakan setelah mata terpapar pada sumber silautersebut dalam waktu yang lebih lama. Tingkatan ketidaknyamanan ini tergantung pada iluminansi dan ukuran sumber silau, luminansi latar belakang, dan posisi sumber silauterhadap medan penglihatan. Discomfort glareakan makin besar jika suatu sumbermempunyai luminansi yang tinggi, ukuran yang luas, luminansi latar belakang yang rendahdan posisi yang dekat dengan garis penglihatan. Perlu diperhatikan bahwa variable perancangan sistem tata cahaya dapat merubah lebih dari satu faktor. Sebagai contoh,penggantian armatur untuk mengurangi luminansi ternyata juga akan menurunkan luminansilatar belakang. Namun demikian, sebagai petunjuk umum, discomfort glare dapat dicegah
dengan pemilihan armatur dan perletakannya, dan dengan penggunaan nilai reflektansipermukaan yang tinggi untuk langit-langit dan dinding bagian atas.
Ada dua alternatif sistem pengendalian discomfort glare, yaitu Sistem Pemilihan Armatur dan Sistem Evaluasi Silau. Kedua sistem ini mempunyai karakteristik dan aplikasi yang berbeda.Secara umum, Sistem Pemilihan Armatur dapat digunakan sebagai alternatif dari SistemEvaluasi Silau jika nilai Indeks Kesilauan yang direkomendasikan untuk aplikasi tertentuadalah lebih besar dari 19.Indeks kesilauan adalah angka yang menunjukkan tingkatkesilauan dari suatu sistem pencahayaan, dimana makin besar nilainya makin tinggipengaruh penyilauannnya.Berikut ini adalah tabel nilai Indeks Kesilauan maksimum yangdirekomendasikan untuk berbagai tugas visual atau jenis interior.

Sistem Evaluasi Silau
Beberapa jenis tugas visual atau lingkungan interior membutuhkan perhatian yang lebih kritisterhadap pengendalian discomfort glare. Hal ini terjadi pada hal-hal berikut ini :
a). Ukuran ruangan yang besar (dengan indeks ruangan lebih besar dari 2) yang berakibat
bahwa dalam daerah penglihatan normal penghuni ruangan terdapat sejumlah besar
armatur.
b). Tugas visual yang sulit, misalnya, detail obyek yang kecil, kontras yang rendah,
persepsi (penglihatan) yang cepat, yang membutuhkan perhatian visual yang kontinu.


Gambar zona pandangan kritis
c). Arah pandang dari pekerja pada atau diatas horisontal untuk selang waktu yang
panjang, misalnya, di dalam Ruang Kontrol, Ruang Kelas, Ruang komputer {lihat
gambar}.
d). Permukaan ruangan dan peralatan yang ada berwarna gelap atau kurang mendapat
cahaya.Untuk situasi seperti dikemukakan diatas, maka tingkat discomfort glare bagi penghuni ruangan dapat diperkirakan dengan cara menentukan nilai Indeks Kesilauan yang dihitungdengan rumus-rumus yang ada (CIBSE Publication TM 10*1)). Nilai yang besar akanmemberikan probabilitas kesilauan yang lebih besar dan sebaliknya. Perbedaan terkecilindeks kesilauan yang mulai dapat dibedakan secara visual adalah 1 (satu), sedangkanperbedaan terkecil yang menunjukkan adanya perubahan yang berarti dalam tingkatandiscomfort glare adalah 3 (tiga). Nilai Indeks Kesilauan yang umum digunakan adalahsebagai berikut : 13, 16, 19, 22, 25, 28.
Pemilihan peralatan.

Lampu.
Spektrum Cahaya.
Dalam pemilihan lampu, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang dinyatakan dalam indeks renderasi warna.Temperatur warna yang lebih besar dari 5300 Kelvin tampak warnanya dingin, 3300 ~ 5300Kelvin tampak warnanya sedang dan lebih kecil dari 3300 Kelvin tampak warnanya hangat. Untuk perkantoran di Indonesia disarankan memakai temperatur warna lebih besar dari 5300Kelvin atau antara 3300 ~ 5300 Kelvin.Indeks renderasi warna dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 100, dimana angka 100 menyatakan warna benda yang dilihat akan sesuai dengan warna aslinya. Lampu pijar danlampu halogen mempunyai indeks renderasi warna mendekati 100.Penjelasan lebih lanjutdapat dilihat pada butir 4.4 perihal kualitas warna cahaya.


Efisiensi lampu.
Efisiensi lampu atau yang disebut juga efikasi luminus, menumenunjukkan efisiensi lampu dari pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam lumen per watt (lumen/watt).Banyaknya cahaya yang dihasilkan oleh suatu lampu disebut Fluks luminus dengan satuanlumen.Efikasi luminus lampu bertambah dengan bertambahnya daya lampu.Rugi-rugi balast harus ikut diperhitungkan dalam menentukan efisiensi sistem lampu (dayalampu ditambah rugi-rugi balast).



Umur lampu dan depresiasi.
Ada beberapa cara untuk menentukan umur lampu, antara lain :
a). Umur individual teknik.
b). Umur rata-rata.
c). Umur minimum.
d). Umur rata-rata pengenal.

Juga perlu dipertimbangkan keekonomisan umur lampu berdasarkan fluks luminus dan umur teknik, yaitu banyaknya jam menyala pada kombinasi antara depresiasi/ pengurangan fluksluminus lampu dan kegagalan lampu.
Umur lampu banyak dipengaruhi oleh hal-hal antara lain : temperatur ruang, perubahantegangan listrik, banyaknya pemutusan dan penyambungan pada sakelar, dan jeniskomponen bantunya (balast, starter dan kapasitor).

Jenis lampu.
Pada saat sekarang, lampu listrik dapat dikategorikan dalam dua golongan, yaitu : lampu pijar dan lampu pelepasan gas.
a). Lampu pijar.
Lampu pijar menghasilkan cahayanya dengan pemanasan listrik dari kawat filamennyapada temperatur yang tinggi.Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampakdari spektrum radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari :filamen, bola lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting).
1). Filamen.
Makin tinggi temperatur filamen, makin besar energi yang jatuh pada spektrum
radiasi tampak dan makin besar efikasi dari lampu. Pada saat ini jenis filamen
yang dipakai adalah tungsten.
2). Bola lampu.
Filamen suatu lampu pijar ditutup rapat dengan selubung gelas yang dinamakan
bola lampu. Bentuk bola lampu bermacam-macam dan juga warna gelasnya.
Bentuk bola (bentuk A), jamur (bentuk E), bentuk lilin dan lustre dengan bola
lampu bening, susu atau buram dan dengan warna merah, hijau, biru atau kuning
(lihat SNI No. 04-1704-1989 ).
3). Gas pengisi.
Penguapan filamen dikurangi dengan diisinya bola lampu dengan gas inert. Gas
yang umumnya dipakai adalah Nitrogen dan Argon.
4). Kaki lampu.
Untuk pemakaian umum, tersedia dua jenis yaitu : kaki lampu berulir dan kaki
lampu bayonet, yang diindentifikasikan dengan huruf E (edison) dan B (Bayonet),
selanjutnya diikuti dengan angka yang menyatakan diameter kaki lampu dalam
milimeter (E27, E14dan lain-lain). Bahan kaki lampu dari alumunium atau
kuningan.
5). Jenis lampu pijar khusus.
a). Lampu reflektor.
Lampu pijar yang mempunyai reflektor yang terbuat dari lapisan metal tipis
pada permukaan dalam dari bola lampu yang memberikan arah intensitas
cahaya yang dipilih. Reflektor dalam tidak boleh rusak, korosi atau terkontaminasi.
Ada dua jenis lampu berreflektor yaitu jenis Pressed glass dan jenis Blown
bulb.
(1). Lampu Pressed glass, adalah lampu yang kokoh dan gelas tahanpanas. Gelas depan mempunyai beberapa jenis pancaran cahayaseperti spot, flood, wide flood. Lampu ini dapat dipasang langsungsebagai pasangan instalasi luar, tahan terhadap cuaca.
(2). Lampu Blown bulb, menyerupai lampu pressed glass, tetapi lampu ini
hanya dipasang di dalam ruangan.
b). Lampu Halogen.
Lampu Halogen adalah Lampu pijar biasa yang mempunyai filament temperatur tinggi dan menyebabkan partikel tungsten akan menguap sertaberkondensasi pada dinding bola lampu yang selanjutnya mengakibatkanpenghitaman. Lampu halogen berisi gas halogen (iodine, chlorine,chromine) yang dapat mencegah penghitaman lampu.

c). Lampu pelepasan gas.
Lampu ini tidak sama bekerjanya seperti lampu pijar. Lampu ini bekerja berdasarkan
pelepasan elektron secara terus menerus di dalam uap yang diionisasi. Kadangkadang
dikombinasikan dengan fosfor yang dapat berpendar. Pada umumnya lampu ini tidak dapat bekerja tanpa balast sebagai pembatas aruspada sirkit lampu.
Lampu pelepasan gas mempunyai tekanan gas tinggi atau tekanan gas rendah. Gas
yang dipakai adalah merkuri atau natrium. Salah satu lampu pelepasan gas tekanan
rendah dan memakai merkuri adalah lampu fluoresen tabung atau disebut TL (Tube
Lamp).

d). Lampu fluoresen tabung.
Lampu fluoresen tabung dimana sebagian besar cahayanya dihasilkan oleh bubuk
fluoresen pada dinding bola lampu yang diaktifkan oleh energi ultraviolet dari
pelepasan energi elektron. Umumnya lampu ini berbentuk panjang yang mempunyai
elektroda pada kedua ujungnya, berisi uap merkuri pada tekanan rendah dengan gas
inert untuk penyalaannya. Jenis fosfor pada permukaan bagian dalam tabung lampu menentukan jumlah danwarna cahaya yang dihasilkan.Lampu fluoresen mempunyai diameter antara lain 26 mm dan 38 mm, mempunyaibermacam-macam warna; merah, kuning, hijau, putih, daylight dan lain-lain serta tersedia dalam bentuk bulat (TLE).Lampu fluoresen mempunyai dua sistem penyalaan, yaitu memakai starter dan tanpastarter.Starternya dibahas dalam butir 5.2.1. Lampu fluoresen jenis tanpa starterantara lain TL-RS, TL-X dan TL-M.

Ada dua jenis lampu fluoresen tanpa starter yaitu rapid start dan instant start.
Bentuk lampu fluoresen dapat berbentuk miniatur dan ada yang dilengkapi dengan
balast dan starter dalam satu selungkup gelas dan kaki lampunya sesuai dengan kaki
lampu pijar . Lampu ini memakai balast elektronik atau balast konvensional dan
disebut lampu fluoresen kompak. Lampu ini mengkonsumsi hanya 25% energi dibandingkan dengan lampu pijar untukfluks luminus yang sama serta umurnya lebih panjang.

Komponen Listrik dalam Armatur.
Starter.
a). Fungsi.
Untuk menyalakan lampu diperlukan starter. Starter diperlukan untuk pemanasan
awal/preheat dari elektroda lampu dan memberikan tegangan puncak yang tinggi
sehingga cukup untuk memicu pelepasan elektron di dalam lampu. Setelah penyalaan
terjadi, starter harus berhenti menghasilkan tegangan puncak tersebut.
b). Jenis Starter.
Ada dua jenis Starter untuk lampu fluoresen, yaitu Glow switch starter dan Starter
elektronik.
1). Glow Switch starter.
Starter terdiri dari satu atau dua elektrode bimetal berada didalam tabung gelas
yang tertutup berisi gas mulia. Starter dipasang paralel terhadap lampusedemikian sehingga jika starter terhubung maka arus pemanas awal dapatmelalui elektroda-elektroda lampu.Pada saat pembukaan kembali, arus melalui balast diinterupsi, yang
menyebabkan tegangan puncak pada elektroda-elektroda cukup tinggi untuk
menyalakan lampu. Tegangan puncak minimal yang dipersyaratkan adalah 800
V dan nilai rata-rata tegangan puncak antara 1000V dan 1200V.Jika elektroda lampu tidak cukup panas atau tegangan puncak tidak cukup tinggi,starter glow switch akan memulai lagi proses penyalaan sampai lampu menyala.Jika lampu tidak menyala (misalnya pada akhir umur lampu) starter akan terusberkedip sampai tegangan listrik putus atau sampai elektroda dari glow switchstarter melekat bersama. Starter dilengkapi dengan kapasitor yang parallel dengan elektrode starter untuk mencegah interferensi radio.
2). Starter elektronik.
Bekerjanya starter elektronik sama seperti starter jenis glow switch starter.
Switsing tidak berasal dari elektroda bimetal tetapi dari komponen elektronik di
dalam balast. Sirkit elektronik dalam starter memberikan waktu pemanasan awal
yang tepat (1,7 detik) untuk elektroda lampu dan sesudah itu didapat tegangan
pemanas yang tepat yang menjadikan penyalaan lampu secara optimum.
Starter elektronik mempunyai sirkit integrasi yang membuat starter tidak bekerja
setelah beberapa kali percobaan penyalaan yang tidak berhasil, maka hal ini
disebut keadaan tanpa kedip (“Flicker free”). Starter elektronik juga mempunyai
alat pendeteksi pemanasan lebih, yang memutuskan starter jika terlalu panas.
Starter elektronik dapat memperpanjang umur lampu fluoresen hingga 25%.
Umur dari starter fluoresen dinyatakan dalam jumlah kali penyalaan (“switches”).
Pada saat ini glow switch starter mempunyai umur 15.000 switches atau lebih,
sedang starter elektronik mempunyai umur 100.000 switches atau lebih.


Kapasitor.

a). Instalasi.
Ada dua jenis instalasi kapasitor untuk lampu fluoresen :
1). Kapasitor paralel kompensasi, digunakan untuk memperbaiki faktor daya, dan
dipasang paralel terhadap jaringan listrik. Dalam hal terjadi kegagalan kapasitoryang dipasang paralel akibat sirkit terbuka atau hubung pendek, tidak mempengaruhi kinerja lampu.Pemeriksaan rutin disarankan untuk arus listrik dan faktor daya (cosw).
2). Kapasitor seri digunakan dalam rangkaian kapasitif atau sirkit ganda. Dalam hal
kegagalan kapasitor yang dipasang seri, akan mempunyai pengaruh pada kinerja lampu. Secara normal setiap instalasi lampu perlu di kompensasikan dengan kapasitans yangmempunyai nilai kapasitansi tertentu.
b). Jenis kapasitor.
Ada dua jenis kapasitor yang dipergunakan saat ini :
1). Jenis basah (wet).
Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jenis “Non PCB oil” yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila terjadi kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi pecah atau kebocoran minyak.
2). Jenis kering (dry).
Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah “kapasitor film metal”.
Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri perlampuan dan belum
tersedia dalam berbagai aplikasi. Kapasitor kering tidak direkomendasikan pada
pemakaian instalasi seri karena kerugian dayanya tinggi.
3). Toleransi tegangan dan temperatur.
Sebaiknya kapasitor digunakan dengan tegangan yang tepat. Toleransi tegangan
yang diijinkan untuk instalasi kapasitor paralel adalah 250V , toleransi
kapasitansinya maksimum ! 10% dan untuk instalasi kapasitor seri toleransi
tegangan yang diijinkan adalah 450V, toleransi kapasitansinya maksimum 6 4%.
Temperatur pemakaian kapasitor yang dipersyaratkan secara normal adalah dari
250C sampai dengan 850C.
4). Umur.
Umur kapasitor tergantung pada tegangan kapasitor dan temperatur kotak
pembungkus kapasitor. Jika kapasitor dipergunakan masih dalam ketentuan
yang dipersyaratkan, kapasitor akan mampu mencapai umur 10 tahun, sama
dengan umur balastnya.
5). Resistor pelepasan muatan listrik.
Kapasitor untuk penggunaan lampu harus mempunyai resistor pelepasan muatan
listrik yang dihubungkan paralel terhadap terminal untuk menjamin tercapainya
tegangan kapasitor kurang dari 50 V dalam waktu 1 menit setelah pemutusan
daya listrik. Dalam keadaan tertentu apabila dipersyaratkan tingkat keselamatan
lebih tinggi digunakan resistor sehingga dicapai tingkat tegangan 35V dalam
waktu 1 menit.

KESIMPULAN
1.      Sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi : sistem pencahayaan merata, sistem pencahayaan setempat, sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat
2.      Luminansi permukaan dinding tergantung pada luminansi obyek dan tingkat pencahayaanmerata di dalam ruangan
3.      Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi kecerahan dariinterior tersebut pada umumnya
4.      Dalam pemilihan lampu, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang dinyatakan dalam indeks renderasi warna
5.      Efisiensi lampu atau yang disebut juga efikasi luminus, menumenunjukkan efisiensi lampu dari pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam lumen per watt (lumen/watt)

No comments: